BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja, merupakan masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun. Pada masa tersebut
terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis. Hal ini
menyebabkan kondisi pemikiran dan perilakunya masih terbilang labil. Mudah
terpengaruh dan memiliki keingintahuan tinggi. Keberadaan perangkat modern,
teknologi canggih, jaringan internet dan maraknya kemunculan kehidupan maya di
balik gadget yang ada di sekeliling kita dapat dengan mudah memberi pengaruh
kepada remaja, pengaruh yang baik maupun yang buruk.
Hal tersebut membuat sebagian besar
penggunanya merasa kecanduan karena keasyikan dengan kehidupannya di dunia
maya. Terutama bagi remaja Indonesia. Ada banyak pengaruh dari jejaring sosial
yang mereka sadari atau tidak ternyata sangat berdampak bagi kehidupan mereka,
baik dari segi minat belajar, prestasi, bersosialisasi dengan lingkungan,
kepekaan sosial maupun perilakunya. Jejaring sosial memudahkan seseorang untuk
berinteraksi dengan orang lain, namun penggunaan jejaring sosial yang
berlebihan juga akan menciptakan ketergantungan yang berlebihan. Apabila
seseorang sudah tergantung dan ketagihan akan jejaring sosial mereka bisa lupa
dengan tugas dan kehidupan sosial dengan teman – teman di dunia nyata. Jejaring sosial membawa dampak positif dan negative bagi kalangan remaja.
Dampak positifnya, melalui jejaring sosial, remaja
dapat berinteraksi dengan orang yang sama sekali belum pernah bertemu dengan
mereka, entah itu orang dewasa, laki – laki atau perempuan, baik yang bekerja
maupun masih bersekolah, tanpa mereka tahu bahwa yang diajak berinteraksi itu
orang yang benar – benar baik bagi mereka atau tidak dan sejauh mana informasi
yang layak mereka terima dari situs-situs tersebut. Dan jejaring sosial juga membawa dampak negatifnya, yaitu antara lain
dengan kenalan pengguna situs jejaring sosial untuk penipuan, perampokan,
penculikan dan lain-lain. Oleh karena itulah, kami membuat karya tulis ini.
agar para pembaca mengetahui apa saja dampak buruk dari jejaring sosial dan
supaya tetap waspada terhadapnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
sejarah situs jejaring sosial di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana tingkatan ketergantungan remaja
Indonesia terhadap situs jejaring sosial?
1.2.3 Apa sajakah dampak negatif jejaring sosial bagi kenakalan remaja?
1.2.4. Bagaimana cara mencegah kecanduan penggunaan jejaring sosial dari dampak
negatif yang ditimbulkan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui
sejarah jejaring sosial di Indonesia.
1.3.2 Mengetahui
tingkat ketergantungan remaja terhadap situs jejaring sosial.
1.3.3 Untuk
mengetahui dampak negatif dari situs jejaring sosial terhadap kehidupan
remaja Indonesia.
1.3.4 Untuk
mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan mengurangi kecanduan pengguna jejaring
sosial dari dampak negatif yang ditimbulkan.
1.4
Manfaat
Penyusun mengharap supaya karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, terutama generasi remaja saat ini. Agar mereka
mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan dari jejaring sosial. Serta mengetahui
bagaimana cara mengurangi/mengatasi dampak yang ditimbulkan tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Situs Jejaring Sosial Di Indonesia
Kemunculan situs jejaring sosial ini
diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh
belahan dunia. situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai
muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk
membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000, muncul
situs sosial lunarstorm, live
journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara
searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk
memperbesar jejaring bisnis. Tahun 2002, muncul friendster sebagai situs anak muda pertama yang semula
disediakan untuk tempat pencarian jodoh. Dalam kelanjutannya, friendster ini
lebih diminati anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun
2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan friendster, Flick
R, You Tube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005,
friendster dan Myspace merupakan situs
jejaring sosial yang paling diminati.
Memasuki tahun 2006,
penggunaan friendster dan Myspace mulai tergeser
dengan adanya jejaring sosial. Jejaring
sosial dengan tampilan yang lebih modern memungkinkan orang untuk
berkenalan dan mengakses informasi seluas-luasnya. Tahun 2009, kemunculan Twitter ternyata
menambah jumlah situs sosial bagi anak muda. Twitter menggunakan
sistem mengikuti - tidak mengikuti (follow-unfollow), dimana kita dapat
melihat status terbaru dari orang yang kita ikuti (follow). Tahun 2012,muncul
kembali dan menambah kembali situs jejaring sosial untuk semua usia yang
bernama Ketiker. Ketiker adalah
situs web yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut post.
2.2Tingkat
Ketergantungan Remaja Indonesia Terhadap Situs Jejaring Sosial
Kehadiran jejaring sosial di tengah masyarakat menjadi sebuah fenomena yang menandai babak baru
kehidupan modern. Keberadaannya dapat menggantikan peran silaturahmi di tengah
masyarakat karena fasilitasnya yang dapat menghubungkan orang perorang secara
leluasa. Dari sini ditemukan bahwa para pengguna jejaring sosial kini
lebih memilih menjalin komunikasi dengan memanfaatkan situs ini. Mereka
cenderung melihat sisi
praktis dan efektif karena tidak
harus menyesuaikan diri sebagaimana tatanan berkomunikasi secara langsung.
Saat ini
apabila remaja tidak memiliki akun situs di jejaring sosial tidak gaul
namanya bisa dibilang ketinggalan zaman. Dan dalam rangka menunjukkan
eksistensi, akhirnya mereka pun mulai belajar untuk mengakses situs jejaring
sosial. Mereka beranggapan bahwa lewat situs tersebut mereka dapat
mengembangkan pergaulan mereka bahkan sampai-sampai bisa berbisnis di
sana. Pada umumnya remaja yang menggunakan fasilitas internet di warnet
selalu mengakses situs-situs jejaring sosial.
Dengan semakin
menjamurnya warnet-warnet di kota bahkan desa semakin memudahkan mereka untuk
mengakses situs-situs jejaring sosial. Ditambah lagi semakin berkembangnya
teknologi sehingga untuk menikmati situs tersebut tidak perlu lagi pergi ke
warnet. Cukup dengan membukanya lewat telepon genggam yang sekarang makin
canggih dan murah, mereka bisa menikmati semua layanan yang disediakan situs
pertemanan tersebut.
Semakin
terkenalnya situs pertemanan ini membuat penggunanya terutama dari kalangan
pelajar semakin bertambah tiap harinya. Durasi dalam mengakses situs pertemanan
pun relatif tinggi. Mereka lebih nyaman untuk terus terpaku di dalam situs
tersebut untuk sekedar memberi komentar, share foto maupun chatting dengan
teman mereka daripada harus membaca buku.
Dari sini
diungkap fakta yang cukup memilukan dimana ada kecenderungan pelajar yang
gemar mengakses jejaring sosial, prestasi akademiknya menurun. Hal itu
terjadi sebagai akibat mereka disibukkan dengan update statusnya, mengomentari
status dan foto orang lain, chatting, dan sebagainya yang sangat menyita waktu.
Kebanyakan
mereka melakukan hal tersebut diluar kendali karena menganggap aktivitas itu
sama sekali tidak mengganggu aktivitas lainnya. Padahal sejatinya banyak waktu
yang terbuang demi menulis, mengomentarai hal-hal sepele yang jauh dari
dikatakan intelek. Pengguna jejaring sosial, kemungkinan besar selalu ingin
mengetahui statusnya setiap hari sehingga tanpa disadari menyita waktu. Mereka
terpicu untuk menulis hal-hal tak penting, membaca hal-hal sepele, dan juga
berpikir secara tak cerdas.
Pengawasan yang
minim dari orang tua merupakan salah satu faktor menjadi faktor mengapa
mereka merasa nyaman untuk menghabiskan waktunya untuk surfing di situs
jejaring sosial tersebut. Orang tua seolah ‘'tutup mata'’ atas fenomena ini. Mereka
hanya diam saja mengetahui anaknya sering mengakses situs pertemanan sampai
lupa waktu.
Namun para
orang tua pun tidak bisa terlalu disalahkan atas penggunaan situs pertemanan
yang tinggi karena anak mereka bisa saja menggunakan telepon genggamnya untuk
membuka situs tersebut sehingga luput dari pengawasan orang tua.
Pada dasarnya
situs-situs jejaring sosial memiliki batas umur bagi penggunanya yang ingin
mengakses situs tersebut. Jejaring sosial membatasi umur pengguna yang boleh
mengaksesnya yaitu minimal berumur 13 tahun. Statistik menunjukkan bahwa
pengguna jejaring sosial terbanyak di Indonesia yaitu antara usia 23-31 tahun
yaitu sebanyak 2.831.060 pengguna.
Penggunaan yang tinggi ini tidak dipungkiri akibat adanya kemajuan pesat di
bidang teknologi. Selain itu, wujud sifat hakekat manusia adalah memilki
kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan seseorang untuk menunjukkan
“keberadaanya” di antara manusia yang lain. Dengan adanya situs jejaring sosial
seperti jejaring sosial mereka dapat menunjukkan dirinya pada khalayak luas
apalagi sekarang jumlah pengakses situs jejaring sosial di Indonesia merupakan
yang terbanyak dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.
Dengan begitu
banyaknya pengguna situs jejaring sosial ini, para pengguna terutama dari
kalangan pelajar remaja menjadi semangat untuk menampilkan dirinya lewat akun
mereka agar bisa dikenal oleh orang banyak. Umumnya jejaring sosial
memberikan layanan untuk membuat biodata pengguna. User dapat men-upload foto
dirinya untuk ditampilkan dalam akun pribadi sehingga bisa dilihat teman-teman
mereka. Situs perteman jejaring sosial memiliki fitur tambahan seperti
pembuatan grup untuk dapat sharing dengan anggota grup. Selain
itu jejaring sosial menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna
untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat, share
file dan lain-lain. Hal inilah yang membuat jejaring sosial begitu
digandrungi oleh pelajar remaja saat ini.
Anggapan
masyarakat yang mengatakan jika tidak mengakses internet dikatakan ketinggalan
zaman atau gagap teknologi juga mulai mempengaruhi pemikiran pelajar remaja
untuk mulai belajar mengakses situs pertemanan.
2.3 Dampak Jejaring Sosial bagi Kenakalan Remaja
Jejaring Sosial seperti Facebook, google, Twitter dan
yang sejenisnya seakan sudah menjadi suatu keharusan bagi remaja Indonesia
untuk memilikinya. Bahkan jika tidak memilikinya akan dianggap kurang
pergaulan, cupu dan akan dikucilkan dari komunitasnya. Tentu dengan
adanya Jejaring Sosial ini
pasti mengakibatkan dampak yang positif maupun dampak yang negatif.
Jejaring Sosial memberikan dampak yang
negatif bagi para remaja. Banyak para remaja yang kecanduan untuk
menggunakan Jejaring Sosial tanpa
mengenal waktu sehingga menurunkan produktifitas dan rasa sosial diantara
remaja pun berkurang. Banyak para remaja yang lebih suka berhubungan
lewat Jejaring Sosial dibanding
dengan bertemu dengan teman-temannya dan yang lebih parah lagi mereka yang
kecanduan susah untuk berkomunikasi dengan yang lain. Para pelajar juga lebih
sering menggunakan waktu mereka untuk bermain game yang ada pada salah
satu Jejaring Sosial.
Akhir-akhir ini pun banyak kasus-kasus tentang penculikan gadis, banyak
orang-orang dengan kepandaian komunikasi dan rayuan dapat melarikan gadis gadis
seperti yang telah dialami oleh Nova seorang remaja 14 tahun. Jejaring Sosial juga digunakan untuk bisnis
prostitusi. Banyak remaja yang tergiur karena pengaruh dari lingkungannya
yang memang ada yang sudah terjun ke dunia hitam dan juga menawarkan keuntungan
yang sangat menjanjikan. Remaja yang sedang labil apalagi suka bermimpi hidup
mewah dengan mudah serta berasal dari keluarga yang berantakan mudah untuk
terjerumus dalam prostitusi di Jejaring
Sosial ini.
2.4 Cara Mencegah Kecanduan Penggunaan
Jejaring Sosial dari Dampak
Negatif yang Ditimbulkan
Solusi yang pertama kali adalah berusaha untuk membatasi diri, dimana jika
kalian sudah kecanduan Jejaring Sosial, maka harus membatasi waktu aksesnya,
mulai kurangi bermain game dan update status. Mulai mencari kesibukan
yang lain misal seperti bermain bersama teman-teman dalam dunia nyata, ikut
organisasi maupun mengerjakan tugas kuliah.
Bagi remaja putri hendaknya dapat lebih waspada jika berkenalan dengan
orang asing di Jejaring Sosial, entah itu dari teman atau terlebih hanya
orang yang asal ingin berkenalan. Jangan mudah percaya akan rayuan serta
kata-kata manisnya. Jangan mudah bertemu langsung kalau memang sangat ingin, maka
ajaklah teman-teman kalian dan jangan di tempat yang sepi.
Peran orang tua sangatlah penting, walau orang tua tidak
menggunakan Jejaring Sosial, tetapi orang tua harus lebih menjaga
lingkungan dan pergaulan anak-anaknya dibantu dengan sahabat-sahabat
terdekatnya sehingga jika ada perilaku dari anaknya tersebut berbeda, maka
orang tua harus tanggap dan mencoba menghubungi sahabat-sahabatnya agar tidak
lebih berlanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemunculan
situs jejaring sosial ini diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan
orang-orang dari seluruh belahan dunia. situs jejaring sosial pertama,
yaitu Sixdegrees.com mulai
muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk
membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan. Dan setelah
berkembangnya tegnologi dan tambahan wawasan sumber daya manusia, muncul
situs yang lebih modern dengan fitur-fitur yang menarik.
Hal ini menimbulkan manusia khususnya remaja untuk memanfaatkannya semakin lama
tren memanfaatkan jejaring sosial menjadi gaya hidup yang mempengaruhi perilaku
manusia khususnya remaja. Sebenarnya jejaring sosial mempunyai sisi positif
dan negatif bagi
penggunanya. Tergantung pengguna memakai situs itu secara bijak atau tidak. Yang
berbahaya adalah jika seorang remaja terjerumus dalam sisi negative. Seperti
terjebak dalam kejadian penipuan, pelecehan seksua dan penculikan.
3.2 Saran
Jika
orang tua dan tenaga pendidik berkomitmen tinggi serta serius dalam menyingkapi
fenomena jejaring sosial yang kini merebak di kalangan pelajar remaja, maka
penulis akan mudah untuk menghilangkan sifat ketergantungan mereka ketika
mengakses situs jejaring sosial. Peran dan kontribusi mereka dalam mendidik
para generasi muda sangat dibutuhkan karena emosi remaja cenderung masih labil
dan mudah terkena pengaruh negatif dari lingkungan
mereka.
Selain itu jika upaya-upaya di atas dapat dilakukan dengan baik dan
berkelanjutan maka akan mudah bagi kita untuk membentuk pribadi generasi muda
yang tangguh akan dampak negatif dari arus globalisasi terutama dalam hal
penggunaan internet.
Jika
orang tua dan guru dapat menyadari peran-peran mereka dalam membimbing para
generasi muda, akan mudah untuk meminimalisir kemungkinan anak remaja akan
terkena imbas dari penggunaan internet yang tidak sehat. Untuk itu diharapkan
kesadaran dari semua pihak dalam menyingkapi fenomena situs jejaring sosial
yang sedang merebak di kalangan pelajar remaja saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar